Senin, 05 Juli 2010

Aku Ingin Mati

Entah berapa kali aku berfikir tentang kematian. Aku sering berfikir kematian itu indah, membebaskan kita dari segala tekanan, tuntutan, dan yang paling penting merdeka dari segala beban hidup.

Biasanya aku ingin mati kala dilanda stress. Aku tahu aku terdengar pengecut, lemah dan cengeng selain tak tahu diri. Aku meski bukan dari keluarga kaya raya, tapi berkecukupan. Keluargaku harmonis, bahagia, mencurahkan segala kasih sayangnya padaku dan tidak meminta apa-apa dariku. Mereka tak menuntut aku membiayai hidup mereka. Aku juga berhasil menyelesaikan studi di salah satu PTN terbaik di Indonesia dengan nilai yang memuaskan. Teman-temanku pun cukup menyenangkan dan minim musuh. Pendek kata aku terkategori golongan tak pantas mengeluh.

Tapi semua itu tak membuatku lekas membuang pikiran tentang sebuah kematian. Tetap saja aku memandang sebuah kematian itu indah. Aku juga berfikir aku ingin mati mendahului kedua ortuku. Aku berharap, ada yang menangis dan merasa kehilangan dengan kepergianku. Aku tak terlalu muluk-muluk kan????

Tapi aku ingat, well kalo aku mati nanti, aku mesti gimana? Apakah yang dikatakan di kitab-kitab suci itu benar adanya. Bahwa kematian hanyalah penantian panjang sebelum masa keabadian itu tiba. Selama menanti ada yang rumah terakhirnya di bumi terasa indah, lapang, dan terang, tapi ada yang terasa sempit. Katanya, aku nggak tahu kebenarannya. Aku kan tak punya pengalaman mati.

Katanya pula nanti aku ketemua malaikat maut dan malaikat penjaga kubur yang akan menanyaiku. Aku berfikir apa aku berhasil menjalani tes wawancara dari para malaikat ini. Bisakah aku membawa contekan di kuburan (Jaga-jaga kalau aku lupa) atau bisakah mereka disuap? tapi pake apa ya? Hartaku sudah pasti ku tinggal di rumah hanya kain kafan yang ku punya. Tak ada keluarga dan teman yang akan sudi menemaniku di liang kubur, menenangkanku kala aku takut. jadi bagaimana kalu aku gagal dalam wawancara itu? Apa malaikat itu penyuka kain kafan ya jadi aku bisa menyuapnya? Aku benar-benar dalam kesulitan besar.

Ah, aku jadi makin berfikir keras apa yagn bisa ku persiapkan dalam wawancara penting itu ya? Semoga kelak saat aku sudah berprofesi sebagai jenasah aku sukses menjalaninya. Amiiinnnnn

Selain khawatir gagal dalam wawancara dengan para malaikat di alam kubur, aku juga punya keinginan terpendam, cita-cita maha luhur untuk meninggalkan jejak di dunia. Sesuatu yang akan mengingatkan orang bahwa aku pernah ada, pernah eksis di dunia, selain batu nisanku. Apa ya????

Aku tak punya anak secara aku masih lajang jadi aku tak bisa membuat pohon faktor keluarga sendiri yang akan membuatku terkenang.Aku sampai detik ini juga belum punya karya apapun yang bisa ku tunjukkan. Semoga dalam perjalanan waktu, meski hanya kecil aku bisa menunjukkan sesuatu, karyaku, bahwa aku pernah ada.

welll, dengan alasan itulah aku tak bisa sepenuhnya ingin menyambut kematianku dengan bahagia. Tapi suatu saat kala hal itu datang, aku ingin menyambutnya dengan antusias dan senyum indah di bibirku seperti mendiang nenekku. Doakan ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda