Minggu, 04 Juli 2010

Ketika Musibah Tidak Diratapi, tapi Dijadikan SUmber Inspirasi

Indonesia bukan hanya negeri yang kaya dengan sumber daya alam dan manusianya yang ramah, tetapi juga negeri dengan potensi bencana alam yang melimpah. Kita berada tepat di batas-batas lempeng Eurasia, Hindia, Australia, dan Pasifik. Kita punya 129 gunung berapi aktif. Semua ini berpotensi gempa, longsor, tsunami, dan erupsi yang mungkin menghancurkan kehidupan dalam sekejap mata. Tahun 2004 lalu kita dikejutkan bencana tsunami di Aceh dan Nias, 2009 gempa bumi di Sumatera Barat, dan 2006 di Jogja, serta sepanjang tahun 2009-2010 daerah-daerah di Indonesia didominasi bencana banjir.

Kita juga di persimpangan angin, puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan juga rajin berkunjung. Namun kenyataannya bangsa ini masih belum banyak belajar. Seharusnya mereka adalah naestro-maestro dunia dalam menghadapi bencana. Seharusnya bangsa-bangsa sedunia banyak belajar pada Indonesia untuk menanggulangi bencana alam. Namun yang terjadi, bala bencana baru diatasi dan dihadapi sebatas doa.

Tiap kali bencana mendera negeri ini, pemerintah tetap saja kurang tanggap sehingga korban selamat banyak yang menderita kelaparan, penyakit, dan kedinginan karena kurangnya tempat berteduh. Berbagai bantuan dari pemerintah untuk para korban sering kali telat atau jumlahnya berkurang karena dikorupsi di sana-sini. Proses evakuasi korban sering berjalan lambat. Program rehabilitasi pasca bencana juga banyak yang tidak jalan atau minimalis sekedar seremonial kalau media meliput.

Sistem penanggulangan bencana alam, masih amat minim. Bangunan-bangunan tahan bencana yang katanya akan dibangung hanya terdengar gaungnya saat bencana melanda, alat peringatan dini bencana banyak yang dicuri, dan pembentukan masyarakat siap tanggap amat kurang. Akibatnya bencana yang memang sering mampir menimbulkan banyak korban jiwa.

Untuk mengatasi bencana alam tak cukup dengan do’a, tetapi harus juga dilakukan ikhtiar agar perstiwa yang sama tidak terulang kembali. Semua ini yang dibutuhkan adalah kebijakan yang jelas dan pemimpin yang bertekad baja dan cinta pada rakyatnya bukan pemimpin yang suka jaga image dan hanya seremonial saja.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda