Minggu, 04 Juli 2010

Belajar Bahasa Asing???, Siapa Takut



Apa yang ada di benak para pelajar ketika mereka wajib belajar bahasa asing di sekolah? Setelah matematika, Bahasa Inggris menjadi momok di sekolah-sekolah umum. Bahasa Inggris kini tak lagi diajarkan di SMP SMU, tapi sudah merambah SD bahkan TK. Hasilnya???? Cukup untuk Ujian Nasional, cukup untuk menebak judul film atau lagu Barat?

Untuk fasih (sebagai modal kerja di perusahaan asing atau di luar negeri, studi di luar negeri, ataupun kerja jadi diplomat) tidak hanya bisa mengandalkan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Para pelajar harus mencarinya di tempat les khusus untuk belajar bahasa Inggris atau otodidak. Makanya mayoritas penduduk Indonesia hanya bisa jadi TKI/TKW di LN karena keterbatasan bahasa.

Nah itu baru Bahasa Inggris. Konon untuk maju, kita mesti wajib fasih berbahasa Inggris. Meski mitos ini tak selamanya benar. Hanya saja dengan fasih berbahasa Inggris kita lebih mudah melancong ke LN atau nyari gawean di negeri asing coz bahasa ini sudah jadi bahasa pengantar untuk seluruh dunia.
Selain Bahasa Inggris, disarankan pula kita belajar bahasa Perancis, Jerman, Mandarin, Jepang, ataupun Rusia yang pendek kata terdepan dalam sains dan teknologi. Wah berat dong. Belajar Bahasa Inggris aja udah ngos-ngosan, masih ditambah lagi belajar bahasa lainnya?

Kalo motivasi kita belajar bahasa hanya “Biar mudah cari kerja or lulus Ujian Nasional” sudah pasti berat. Hasilnya malah memprihatinkan. Bahasa Inggris tidak dikuasai, Bahasa asing lainnya tidak bunyi, dan Bahasa nasional tidak peduli, tidak digunakan sesuai EYD alias pake bahasa Slank yang merusak bahasa nasional. Bahasa yang digunakan jadi amburadul karena dikuasainya hanya setengah-setengah. Mengapa begitu?

Karena belajarnya hanya bermodal semangat, tanpa diiringi kesabaran. Padahal kesabaran belajar inilah yang berperan penting dalam keberhasilan fasih berbahasa. Sabar dan tak kenal putus asa meski diledekin karena pengucapannya salah, sabar berlatih menulis, membaca, dan berbicara inilah yang membuat kita akhirnya mampu menguasai berbagai macam bahasa. Seperti yang dicontohkan oleh generasi awal Islam.
Kala itu kaum Muslimin terobsesi oleh sabda Rasulallah SAW untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China. Dan itu bukan perkara gampang. Hanya yang bermental baja yang bisa mengusai bahasa China. Mengapa? Karena untuk belajar bahasa China mereka tak hanya harus menempuh perjalanan jauh, tapi juga mesti mengusai empat bahasa asing secara berurutan. Keempat bahasa asing itu memiliki bunyi, tulisan dan tata bahasa yang sangat berbeda, tapi kaum Muslimin mampu menguasainya.

Pertama-tama mereka belajar bahasa Persia. Setelah fasih, sebulan kemudian mereka pergi ke Persia. Ternyata mereka belum menemukan orang China, yang ada hanya orang Uzbek. Jadi mereka pun belajar bahasa Uzbek dengan pengantar bahasa Persia. Sebulan kemudian mereka ke Tashkent, Uzbekistan dan di sana masih belum ditemukan orang China, yang ada orang Xinjiang (sekarang masuk wilayah China Barat yang mayoritas penduduknya Muslim). Disana mereka pun belajar bahasa Uighur, bahasa orang Xinjiang dengan pengantar bahasa Uzbek. Sebulan kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Urumqi, ibukota Xinjiang, baru bisa bertemu dengan orang China tulen. Kaum Muslimin pun belajar bahasa Mandarin dengan pengantar bahasa Uighur. Habis itu sebulan kemudian mereka datang ke Xian, ibu kota kekaisaran saat itu.

Berat banget kan perjuangan mereka? Hanya orang bermental baja dan yang punya kesabaran luar biasa yang sanggup bertahan dalam perjalanan perburuan ilmu semacam itu. Kita? Kita lebih mudah, Bro. untuk belajar Bahasa Inggris kita tidak harus ke Inggris. Untuk fasih bahasa mandarin tidak harus pergi ke China. Semua bisa kita pelajari di sini dengan pengantar Bahasa Indonesia yang sudah kita kuasai. So tak ada lagi alasan berat, malas belajar bahasa asing. Ingat untuk menjadi juara sains dan teknologi bahkan jadi negara besar kita harus menguasi bahasa Negara juara. Karena dengan belajar bahasa mereka kita bisa mengambil ilmu dan teknologinya untuk diaplikasikan di Indonesia.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda