Kamis, 08 Juli 2010

Tolong Ambil Nyawaku

Aku pusing, kepalaku sakit beberapa hari ini. Aku tahu aku merasa tertekan, hanya saja aku tak tahu apa yang menekanku. Apakah ini tanda-tanda aku mengalami gangguan jiwa?

Aku takut, takut, takut setengah mati aku depresi. Banyak orang yang depresi berkeliaran di jalan, karena otaknya tak berfungsi kembali, bahkan ada yang alih profesi jadi jenasah karena perbuatan nekat bunuh diri. Aku tak mau berprofesi jadi pasien sakit jiwa ataupun jadi jenasah.

Tapi sampai detik ini aku tak tahu apa masalah utamaku? Apa yagn membuatku amat tertekan. Hanya satu hal yang ku tahu aku ingin.......

Aku tak tahu apa yang ku inginkan. aku pusinggggggggggggggg

Senin, 05 Juli 2010

Aku Ingin Mati

Entah berapa kali aku berfikir tentang kematian. Aku sering berfikir kematian itu indah, membebaskan kita dari segala tekanan, tuntutan, dan yang paling penting merdeka dari segala beban hidup.

Biasanya aku ingin mati kala dilanda stress. Aku tahu aku terdengar pengecut, lemah dan cengeng selain tak tahu diri. Aku meski bukan dari keluarga kaya raya, tapi berkecukupan. Keluargaku harmonis, bahagia, mencurahkan segala kasih sayangnya padaku dan tidak meminta apa-apa dariku. Mereka tak menuntut aku membiayai hidup mereka. Aku juga berhasil menyelesaikan studi di salah satu PTN terbaik di Indonesia dengan nilai yang memuaskan. Teman-temanku pun cukup menyenangkan dan minim musuh. Pendek kata aku terkategori golongan tak pantas mengeluh.

Tapi semua itu tak membuatku lekas membuang pikiran tentang sebuah kematian. Tetap saja aku memandang sebuah kematian itu indah. Aku juga berfikir aku ingin mati mendahului kedua ortuku. Aku berharap, ada yang menangis dan merasa kehilangan dengan kepergianku. Aku tak terlalu muluk-muluk kan????

Tapi aku ingat, well kalo aku mati nanti, aku mesti gimana? Apakah yang dikatakan di kitab-kitab suci itu benar adanya. Bahwa kematian hanyalah penantian panjang sebelum masa keabadian itu tiba. Selama menanti ada yang rumah terakhirnya di bumi terasa indah, lapang, dan terang, tapi ada yang terasa sempit. Katanya, aku nggak tahu kebenarannya. Aku kan tak punya pengalaman mati.

Katanya pula nanti aku ketemua malaikat maut dan malaikat penjaga kubur yang akan menanyaiku. Aku berfikir apa aku berhasil menjalani tes wawancara dari para malaikat ini. Bisakah aku membawa contekan di kuburan (Jaga-jaga kalau aku lupa) atau bisakah mereka disuap? tapi pake apa ya? Hartaku sudah pasti ku tinggal di rumah hanya kain kafan yang ku punya. Tak ada keluarga dan teman yang akan sudi menemaniku di liang kubur, menenangkanku kala aku takut. jadi bagaimana kalu aku gagal dalam wawancara itu? Apa malaikat itu penyuka kain kafan ya jadi aku bisa menyuapnya? Aku benar-benar dalam kesulitan besar.

Ah, aku jadi makin berfikir keras apa yagn bisa ku persiapkan dalam wawancara penting itu ya? Semoga kelak saat aku sudah berprofesi sebagai jenasah aku sukses menjalaninya. Amiiinnnnn

Selain khawatir gagal dalam wawancara dengan para malaikat di alam kubur, aku juga punya keinginan terpendam, cita-cita maha luhur untuk meninggalkan jejak di dunia. Sesuatu yang akan mengingatkan orang bahwa aku pernah ada, pernah eksis di dunia, selain batu nisanku. Apa ya????

Aku tak punya anak secara aku masih lajang jadi aku tak bisa membuat pohon faktor keluarga sendiri yang akan membuatku terkenang.Aku sampai detik ini juga belum punya karya apapun yang bisa ku tunjukkan. Semoga dalam perjalanan waktu, meski hanya kecil aku bisa menunjukkan sesuatu, karyaku, bahwa aku pernah ada.

welll, dengan alasan itulah aku tak bisa sepenuhnya ingin menyambut kematianku dengan bahagia. Tapi suatu saat kala hal itu datang, aku ingin menyambutnya dengan antusias dan senyum indah di bibirku seperti mendiang nenekku. Doakan ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Minggu, 04 Juli 2010

Ketika Musibah Tidak Diratapi, tapi Dijadikan SUmber Inspirasi

Indonesia bukan hanya negeri yang kaya dengan sumber daya alam dan manusianya yang ramah, tetapi juga negeri dengan potensi bencana alam yang melimpah. Kita berada tepat di batas-batas lempeng Eurasia, Hindia, Australia, dan Pasifik. Kita punya 129 gunung berapi aktif. Semua ini berpotensi gempa, longsor, tsunami, dan erupsi yang mungkin menghancurkan kehidupan dalam sekejap mata. Tahun 2004 lalu kita dikejutkan bencana tsunami di Aceh dan Nias, 2009 gempa bumi di Sumatera Barat, dan 2006 di Jogja, serta sepanjang tahun 2009-2010 daerah-daerah di Indonesia didominasi bencana banjir.

Kita juga di persimpangan angin, puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan juga rajin berkunjung. Namun kenyataannya bangsa ini masih belum banyak belajar. Seharusnya mereka adalah naestro-maestro dunia dalam menghadapi bencana. Seharusnya bangsa-bangsa sedunia banyak belajar pada Indonesia untuk menanggulangi bencana alam. Namun yang terjadi, bala bencana baru diatasi dan dihadapi sebatas doa.

Tiap kali bencana mendera negeri ini, pemerintah tetap saja kurang tanggap sehingga korban selamat banyak yang menderita kelaparan, penyakit, dan kedinginan karena kurangnya tempat berteduh. Berbagai bantuan dari pemerintah untuk para korban sering kali telat atau jumlahnya berkurang karena dikorupsi di sana-sini. Proses evakuasi korban sering berjalan lambat. Program rehabilitasi pasca bencana juga banyak yang tidak jalan atau minimalis sekedar seremonial kalau media meliput.

Sistem penanggulangan bencana alam, masih amat minim. Bangunan-bangunan tahan bencana yang katanya akan dibangung hanya terdengar gaungnya saat bencana melanda, alat peringatan dini bencana banyak yang dicuri, dan pembentukan masyarakat siap tanggap amat kurang. Akibatnya bencana yang memang sering mampir menimbulkan banyak korban jiwa.

Untuk mengatasi bencana alam tak cukup dengan do’a, tetapi harus juga dilakukan ikhtiar agar perstiwa yang sama tidak terulang kembali. Semua ini yang dibutuhkan adalah kebijakan yang jelas dan pemimpin yang bertekad baja dan cinta pada rakyatnya bukan pemimpin yang suka jaga image dan hanya seremonial saja.

Ketika Musibah Tidak Diratapi, tapi Dijadikan SUmber Inspirasi

Indonesia bukan hanya negeri yang kaya dengan sumber daya alam dan manusianya yang ramah, tetapi juga negeri dengan potensi bencana alam yang melimpah. Kita berada tepat di batas-batas lempeng Eurasia, Hindia, Australia, dan Pasifik. Kita punya 129 gunung berapi aktif. Semua ini berpotensi gempa, longsor, tsunami, dan erupsi yang mungkin menghancurkan kehidupan dalam sekejap mata. Tahun 2004 lalu kita dikejutkan bencana tsunami di Aceh dan Nias, 2009 gempa bumi di Sumatera Barat, dan 2006 di Jogja, serta sepanjang tahun 2009-2010 daerah-daerah di Indonesia didominasi bencana banjir.

Kita juga di persimpangan angin, puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan juga rajin berkunjung. Namun kenyataannya bangsa ini masih belum banyak belajar. Seharusnya mereka adalah naestro-maestro dunia dalam menghadapi bencana. Seharusnya bangsa-bangsa sedunia banyak belajar pada Indonesia untuk menanggulangi bencana alam. Namun yang terjadi, bala bencana baru diatasi dan dihadapi sebatas doa.

Tiap kali bencana mendera negeri ini, pemerintah tetap saja kurang tanggap sehingga korban selamat banyak yang menderita kelaparan, penyakit, dan kedinginan karena kurangnya tempat berteduh. Berbagai bantuan dari pemerintah untuk para korban sering kali telat atau jumlahnya berkurang karena dikorupsi di sana-sini. Proses evakuasi korban sering berjalan lambat. Program rehabilitasi pasca bencana juga banyak yang tidak jalan atau minimalis sekedar seremonial kalau media meliput.

Sistem penanggulangan bencana alam, masih amat minim. Bangunan-bangunan tahan bencana yang katanya akan dibangung hanya terdengar gaungnya saat bencana melanda, alat peringatan dini bencana banyak yang dicuri, dan pembentukan masyarakat siap tanggap amat kurang. Akibatnya bencana yang memang sering mampir menimbulkan banyak korban jiwa.

Untuk mengatasi bencana alam tak cukup dengan do’a, tetapi harus juga dilakukan ikhtiar agar perstiwa yang sama tidak terulang kembali. Semua ini yang dibutuhkan adalah kebijakan yang jelas dan pemimpin yang bertekad baja dan cinta pada rakyatnya bukan pemimpin yang suka jaga image dan hanya seremonial saja.

Kejujuran Berlian yang Hilang dalam Peradaban Masyarakat Indonesia Abad Ini

Pada masa 1895, orang nomor satu di AS adalah Presiden Cleveland. Sebagai kepala Negara, ia banyak mendapat surat dari rakyatnya, dan diantaranya surat yang isinya cukup menggelitik.

“Yang terhormat Tuan Presiden. Akhir-akhir ini saya mengalami kegelisahan batin yang begitu mencekam bahkan menakutkan. Hanya pada Tuan Presiden saya layak melaporkannya.

Saya seorang gadis berumur 13 tahun yang dua tahun lalu telah merugikan Negara. Saya pernah mau berkirim surat, namun saya tidak punya uang untuk membeli perangko. Karena surat saya sangat penting, saya terpaksa mengirim itu melalui jasa pos dengan perangko bekas. Beberapa saat kemudian saya sadar bahwa perbuatan itu salah. saya lalu gelisah dan terus gelisah.

Saya mohon Tuan Presiden memaafkan saya, dan saya tidak akan mengulangi lagi kejahatan itu. Bersama dengan surat ini, saya kirimkan uang seharga perangko yang saya perlukan itu. Mohon maaf dan terima kasih.”

Luar biasa. Saya mendecak kagum atas keberanian gadis ini mengungkapkan kesalahannya dan mau bertobat. Saya berfikir seandainya para koruptor, penjahat, dan bajingan-bajingan mau jujur, mengungkapkan kesalahannya dan mengembalikan apa yang bukan haknya. Saya yakin negeri ini akan kembali indah dan makmur. Soalnya banyak sekali orang yang diambil dengan jalan pintas baik dari perorangan maupun Negara. Misalnya saja, para konglomerat hitam yang ngemplang pajak, penilep dana BLBI, dan Century dikembalikan.

Wow, hutang kita mungkin sudah tinggal seperempatnya saja. Karena uang yang ditilep pada kasus BLBI mencapai ratusan trilyun rupiah. Ini belum ditambah menyerahkan dirinya para mafia yang berkeliaran dan mengembalikan uang yang bukan haknya. Hmmm, ini baru sedap. Pastinya Pak Polisi, jaksa dan Hakim akan menangis gembira karena tugasnya jadi lebih mudah.

Mungkin nggak ya? Mimpi kali ye? Jelas itu adalah mimpi di siang bolong selama kita hidup dengan pedoman sekulerisme artinya Allah tak boleh ikut campur dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain tak mau diatur dengan aturan Allah sehingga hatinya mati dan jadi RAJA TEGA dan Tak Tahu Malu.

Hanya dengan keyakinan bahwa ALLAH akan meminta pertanggung jawaban atas amal manusia dan takut akan Murka-Nya, yang akan berani menilep uang orang lain apalagi uang rakyat. Jangankan 1 trilyun, sesen pun ia tak berani karena takut akan siksa di hari akhir nanti.

Berlomba-Lomba Masuk Neraka


Kalo ditodong mau masuk surga apa neraka? Orang yang masih waras, sebejat apapun tingkah lakunya, pasti bilang mau ke surgalah. Sayangnya sedikit sekali orang yang menempuh jalan ke sana. Habisnya berat Bro, nggak bolah ini itu. Sedikit-sedikit haram. Kan repot. Udah gitu Islam dah nggak sesuai jaman, Bro.

Karena repotnya dan beratnya (kata mereka lho bukan ANA) , akhirnya mereka memilih jalan termudah, tersingkat and paling nikmat sesuai hawa nafsu masing-masing, yakni jalan ke neraka. Jalan ke neraka terlihat indah di mata mereka. Mereka merasa ‘WAH’, keren, gaul dan amat menyenangkan karena nggak harus pusing mikirin ini boleh apa nggak, Allah murka nggak?

Padahal sobat, kalo mereka tahu neraka seperti apa? mereka pasti berlomba-lomba beramal sholeh agar tak perlu mengecap perihnya siksa api neraka. Ini belum ditambah makanannya yang menjijikkan (nanah, darah, dan daging berbelatung) dan tidak membuatnya kenyang, minumannya yang justru bikin tambah haus (cairan panas laksana pancaran sinar matahari di siang hari), dan tanpa tempat tinggal yang membuat teduh.

Bayangkan dengan surga. Di surga ada sungai-sungai yang mengalir air susu, madu, khamr, bahkan cairan buah-buah. Kita bisa mendapatkan rumah yang megah melebihi kemegahan Taj mahal dengan halamannya yang luas, kebun yang tumbuh subur dan masih banyak lagi. Ada lho orang yang dibuat jalannya cepat bak kilat, bahkan ada yang diberi sayap sehingga bisa pergi ke mana pun yang ia sukai nggak pake lama dan nggak perlu khawatir macet. Kita juga masih diberi kesempatan bertemu dengan sanak saudara dalam keadaan bahagia dan ini kekal selamanya. Siapa yang nggak ngiler ingin surga.

Tapi say untuk ke surga itu nggak gratis, ada tiket masuknya. Untuk mendapat tiketnya kamu harus punya amal sholeh yang banyak. Eits jangan coba-coba nyuap para malaikat. Malaikat tidak menerima suap kayak pejabat2 kita sekarang. Jika terasa berat menjalankan segala perintah Allah, ingatlah surga dengan segala fasilitasnya. Selamat berjuang meretas jalan ke surga.

Belajar Bahasa Asing???, Siapa Takut



Apa yang ada di benak para pelajar ketika mereka wajib belajar bahasa asing di sekolah? Setelah matematika, Bahasa Inggris menjadi momok di sekolah-sekolah umum. Bahasa Inggris kini tak lagi diajarkan di SMP SMU, tapi sudah merambah SD bahkan TK. Hasilnya???? Cukup untuk Ujian Nasional, cukup untuk menebak judul film atau lagu Barat?

Untuk fasih (sebagai modal kerja di perusahaan asing atau di luar negeri, studi di luar negeri, ataupun kerja jadi diplomat) tidak hanya bisa mengandalkan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Para pelajar harus mencarinya di tempat les khusus untuk belajar bahasa Inggris atau otodidak. Makanya mayoritas penduduk Indonesia hanya bisa jadi TKI/TKW di LN karena keterbatasan bahasa.

Nah itu baru Bahasa Inggris. Konon untuk maju, kita mesti wajib fasih berbahasa Inggris. Meski mitos ini tak selamanya benar. Hanya saja dengan fasih berbahasa Inggris kita lebih mudah melancong ke LN atau nyari gawean di negeri asing coz bahasa ini sudah jadi bahasa pengantar untuk seluruh dunia.
Selain Bahasa Inggris, disarankan pula kita belajar bahasa Perancis, Jerman, Mandarin, Jepang, ataupun Rusia yang pendek kata terdepan dalam sains dan teknologi. Wah berat dong. Belajar Bahasa Inggris aja udah ngos-ngosan, masih ditambah lagi belajar bahasa lainnya?

Kalo motivasi kita belajar bahasa hanya “Biar mudah cari kerja or lulus Ujian Nasional” sudah pasti berat. Hasilnya malah memprihatinkan. Bahasa Inggris tidak dikuasai, Bahasa asing lainnya tidak bunyi, dan Bahasa nasional tidak peduli, tidak digunakan sesuai EYD alias pake bahasa Slank yang merusak bahasa nasional. Bahasa yang digunakan jadi amburadul karena dikuasainya hanya setengah-setengah. Mengapa begitu?

Karena belajarnya hanya bermodal semangat, tanpa diiringi kesabaran. Padahal kesabaran belajar inilah yang berperan penting dalam keberhasilan fasih berbahasa. Sabar dan tak kenal putus asa meski diledekin karena pengucapannya salah, sabar berlatih menulis, membaca, dan berbicara inilah yang membuat kita akhirnya mampu menguasai berbagai macam bahasa. Seperti yang dicontohkan oleh generasi awal Islam.
Kala itu kaum Muslimin terobsesi oleh sabda Rasulallah SAW untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China. Dan itu bukan perkara gampang. Hanya yang bermental baja yang bisa mengusai bahasa China. Mengapa? Karena untuk belajar bahasa China mereka tak hanya harus menempuh perjalanan jauh, tapi juga mesti mengusai empat bahasa asing secara berurutan. Keempat bahasa asing itu memiliki bunyi, tulisan dan tata bahasa yang sangat berbeda, tapi kaum Muslimin mampu menguasainya.

Pertama-tama mereka belajar bahasa Persia. Setelah fasih, sebulan kemudian mereka pergi ke Persia. Ternyata mereka belum menemukan orang China, yang ada hanya orang Uzbek. Jadi mereka pun belajar bahasa Uzbek dengan pengantar bahasa Persia. Sebulan kemudian mereka ke Tashkent, Uzbekistan dan di sana masih belum ditemukan orang China, yang ada orang Xinjiang (sekarang masuk wilayah China Barat yang mayoritas penduduknya Muslim). Disana mereka pun belajar bahasa Uighur, bahasa orang Xinjiang dengan pengantar bahasa Uzbek. Sebulan kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Urumqi, ibukota Xinjiang, baru bisa bertemu dengan orang China tulen. Kaum Muslimin pun belajar bahasa Mandarin dengan pengantar bahasa Uighur. Habis itu sebulan kemudian mereka datang ke Xian, ibu kota kekaisaran saat itu.

Berat banget kan perjuangan mereka? Hanya orang bermental baja dan yang punya kesabaran luar biasa yang sanggup bertahan dalam perjalanan perburuan ilmu semacam itu. Kita? Kita lebih mudah, Bro. untuk belajar Bahasa Inggris kita tidak harus ke Inggris. Untuk fasih bahasa mandarin tidak harus pergi ke China. Semua bisa kita pelajari di sini dengan pengantar Bahasa Indonesia yang sudah kita kuasai. So tak ada lagi alasan berat, malas belajar bahasa asing. Ingat untuk menjadi juara sains dan teknologi bahkan jadi negara besar kita harus menguasi bahasa Negara juara. Karena dengan belajar bahasa mereka kita bisa mengambil ilmu dan teknologinya untuk diaplikasikan di Indonesia.

Kapal Nabi Nuh Kapal Legendaries Terbesar dalam Peradaban Manusia

a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaBPRR7c9CUW0QVsKn2Z3xle3ycBSiwzQtpAs6-F0lLpSVqPchp5yXrpcAbUR2ATB321jEJCKUAcRZICwi-64e64W_QAb22qjQcf4Zngx2CcNpPX9wlsdTNpI_K5LQ5aAvzmHCm0zN6bdr/s1600/4583996144_e47301b264_o.jpg">
Pernah nonton film Titanic?? Film yang diperankan oleh Leonardo Di Caprio ini berkisah seputar tenggelamnya kapal legendaries Titanic. Konon kapal yang dibangga-banggakan bangsa kulit putih ini tenggelam gara-gara menabrak gunung es di lautan…..
Apa yang kita rasakan saat menyaksikan kapal legendaries ini dalam film Titanic? Kagum, takjub dengan kemewahan dan kemegahannya. Tapi sebenarnya ada kapal legendaries yang lebih canggih dan megah yang sedang dicari-cari para ahli tempo dulu kala. Cerita kapal ini diabadikan dalam kitab suci agama. Konon cerita ini juga yagn jadi inspirasi mitos hilangnya benua Eropa jaman mitologi Yunani berkembang. Kapal legendaries itu adalah kapal buatan Nabi Nuh as.

Al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memuat kisah kapal legendaries ini dalam ayat-ayat yang menceritakan Nabi Nuh. Kapal ini amat besar karena tak hanya mengangkut pengikut nabi Nuh as yang beriman, tapi juga segala binatang berpasang-pasangan, serta tumbuh-tumbuhan.

Dalam al-Qur’an, setelah kapal itu jadi dan para pengikut Nabi Nuh as naik, hujan turun dengan lebat dan bumi memancarkan air dari segenap penjuru. Air mengalir tidak berhenti selama beberapa hari sehingga airpun bertambah tinggi dan separo bumi menjadi lautan yang sangat luas.

Banyak kaum kafir termasuk didalamnya istri Nabi nuh as dan putranya Kan’an berlarian menyelamatkan diri mencari daratan yagn lebih tinggi, namun air tetap mengejarnya hingga air bah melenyapkan kaum kafir ini tanpa bekasnya. Setelah mengadzab kaum kafir barulah air bah itu surut dan daratan kembali Nampak. Konon kapal Nabi Nuh terdampar di gunung Judy.

Para ahli sejarah telah berlomba-lomba mencari kapal terbesar yang pernah dibuat oleh tangan manusia. Beberapa ada yang mengklaim menemukan kapal ini, meski ternyata terbukti bukan. Sekarang ada lagi orang yang mengklaim menemukan kapal Nabi Nuh as di gunung Ararat, Turki. Pemimpin peneliti China-Turki ini mengatakan jenis kayu yang mereka temukan dari struktur di Ararat itu berdasarkan perhitungan karbon diperkirakan berumur 4.800 tahun sesuai dengan waktu perkiraan terjadinya banjir besar yang menenggelamkan separo bumi. Meski sampai sekarang kebenarannya masih diragukan.

Semoga saja kapal legendaries buatan nabi Nuh as ini bisa ditemukan, saksi sejarah
kehancuran orang kafir dan kemenangan kaum beriman. Dengan demikian orang akan berbondong-bondong kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan Illahi.

Kapal Nabi Nuh Kapal Legendaries Terbesar dalam Peradaban Manusia


Pernah nonton film Titanic?? Film yang diperankan oleh Leonardo Di Caprio ini berkisah seputar tenggelamnya kapal legendaries Titanic. Konon kapal yang dibangga-banggakan bangsa kulit putih ini tenggelam gara-gara menabrak gunung es di lautan…..
Apa yang kita rasakan saat menyaksikan kapal legendaries ini dalam film Titanic? Kagum, takjub dengan kemewahan dan kemegahannya. Tapi sebenarnya ada kapal legendaries yang lebih canggih dan megah yang sedang dicari-cari para ahli tempo dulu kala. Cerita kapal ini diabadikan dalam kitab suci agama. Konon cerita ini juga yagn jadi inspirasi mitos hilangnya benua Eropa jaman mitologi Yunani berkembang. Kapal legendaries itu adalah kapal buatan Nabi Nuh as.

Al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memuat kisah kapal legendaries ini dalam ayat-ayat yang menceritakan Nabi Nuh. Kapal ini amat besar karena tak hanya mengangkut pengikut nabi Nuh as yang beriman, tapi juga segala binatang berpasang-pasangan, serta tumbuh-tumbuhan.

Dalam al-Qur’an, setelah kapal itu jadi dan para pengikut Nabi Nuh as naik, hujan turun dengan lebat dan bumi memancarkan air dari segenap penjuru. Air mengalir tidak berhenti selama beberapa hari sehingga airpun bertambah tinggi dan separo bumi menjadi lautan yang sangat luas.

Banyak kaum kafir termasuk didalamnya istri Nabi nuh as dan putranya Kan’an berlarian menyelamatkan diri mencari daratan yagn lebih tinggi, namun air tetap mengejarnya hingga air bah melenyapkan kaum kafir ini tanpa bekasnya. Setelah mengadzab kaum kafir barulah air bah itu surut dan daratan kembali Nampak. Konon kapal Nabi Nuh terdampar di gunung Judy.

Para ahli sejarah telah berlomba-lomba mencari kapal terbesar yang pernah dibuat oleh tangan manusia. Beberapa ada yang mengklaim menemukan kapal ini, meski ternyata terbukti bukan. Sekarang ada lagi orang yang mengklaim menemukan kapal Nabi Nuh as di gunung Ararat, Turki. Pemimpin peneliti China-Turki ini mengatakan jenis kayu yang mereka temukan dari struktur di Ararat itu berdasarkan perhitungan karbon diperkirakan berumur 4.800 tahun sesuai dengan waktu perkiraan terjadinya banjir besar yang menenggelamkan separo bumi. Meski sampai sekarang kebenarannya masih diragukan.

Semoga saja kapal legendaries buatan nabi Nuh as ini bisa ditemukan, saksi sejarah
kehancuran orang kafir dan kemenangan kaum beriman. Dengan demikian orang akan berbondong-bondong kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan Illahi.

Kala Islam Bukan Seremonial Semata


Isu seputar agama di Indonesia semakin tidak laku dijual. Buktinya jumlah suara parpol Islam ataupun yang berbasis massa Islam selalu berkurang tiap kali pemilu diadakan. Jika pada era Orde lama suara parpol Islam mampu menguasai pemerintahan dengan suara diatas 50%, sekarang tak lagi. Bukti lainnya pada pilpres 2009, kemarin. Pasangan Capres-cawapres yang istri-istrinya anggun berjilbab justru mendapat nomer buncit dibandingkan dengan istri pasangan capres-cawapres yang agamanya dipertanyakan.

Agama memang semakin terpinggirkan, hanya di ranah ritual ibadah, busana islami dan majelis dzikir plus status di KTP dan surat nikah. Dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin malu menstandarkan hidupnya pada Islam.

Mereka tak merasa sungkan memakan riba meski berkerudung rapi. Mereka rela dipimpin oleh orang-orang yang durhaka pada hukum-hukum Islam. Mereka berani beramal sholeh dengan logika hawa nafsunya (uang hasil kejahatan sebagian disedekahkan atau untuk ibadah haji dengan tujuan untuk mencuci dosa seakan-akan Allah bisa diajak main mata). Bahkan parahnya ada yang menggugat hukum-hukum Syariah karena dianggap tak sejalan perkembangan jaman Baca tak sesuai arahan Mbah Amerika Serikat dan konco-konconya. Naudzu billah min dzalik.

Umat Islam semakin terperosok dalam gaya hidup jahiliah. Umat dijajah (Fisik, pikiran dan di segala bidang) oleh kaum kafir. Umat Islam bertingkah laku layaknya hewan, tak lagi mengenal halal haram, yang penting senang. Itulah kaum yang ridho dimurkai dan layak mendapatkan adzan dari Allah. Itulah kaum yang tak menginginkan SURGA, kaum yang rintihannya tak didengar karena banyaknya kemaksiatan yang dilakukannya. Itulah kaum yang tak akan dilihat oleh Rasulallah SAW di hari penghisaban kelak karena transformasinya menjadi orang-orang jahil.

Apakah kita ingin digolongkan dalam kaum itu? Jika tidak segeralah bertaubat. Pelajari kembali Islam, amalkan dalam perbuatan, sebarkan pada saudara handai toulan, dan tolak segera yang tidak dari Islam. Maka Allah akan memuliakan umat Islam kembali dan menjadi penguasa di muka bumi ini seperti yang dijanjikan-Nya.

Catur Olahraga Favorit Para Panglima Perang Islam


Pada masa kegemilangan Islam, para mujahid khususnya para komandan mahir olahraga catur. Catur dianggap sebagai olahraga adu strategi. Secara umum catur dipercaya berasal dari India pada masa kerajaan Gupta pada abad ke-6 Masehi.
Catur berasal dari kata “caturaga”, Yang berarti empat divisi di ketentaraan yakni infantry (= prajurit yang berjalan kaki), kavaleri (= kuda), gajag, dan panser (= banteng). Istilah “skak” berasal dari kata Persia “Syah”, yang berarti raja.

Permainan ini kemudian popular di wilayah kekaisaran Persia sekitar tahun 600 M. ketika Persia dibebaskan oleh tentara Islam, permainan ini ikut diadopsi, karena dipandang baik untuk berlatih strategi. Tentu saja, suatu pasukan tidak akan menang jika hanya belajar strategi saja. Akan tetapi ketika para komandan perang mahir olahraga ini dan mengendap dalam benaknya ditambah dengan kesiapan jasmaniah (kesiapan fisik, ahli silat dan kesiapan mental dari kedekatan pada Allah SWT), maka mereka menjadi pasukan yang tangguh. Pasukan Islam menjadi pasukan yang disegani dan mampu menggetarkan para musuh.

Catur bisa dipakai latihan oleh para leader untuk merancang strategi, leader di bidang apapun, tak hanya leader di dunia militer. Para calon pengusaha, manajer, dan CEO dapat menjadikan catur sebagai bahan uji ketajaman dalam memecahkan masalah. Kebiasaan berfikir inilah yang akan mendorong mereka tahan banting dalam menghadapi persoalan seperti apapun.

Sayangnya saat ini, catur hanya dijadikan bahan mainan pengisi waktu senggang diwarung-warung, atau di acara pertemuan. Paling banter catur hanya dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di kompetisi nasional maupun internasional. Akibatnya para pecatur yang handal di Indonesia tak bisa berkembang menjadi pakar-pakar strategi di berbagai bidang yang mampu mengentaskan Indonesia dari belitan problematika yang menghimpit negeri ini.

Lembah yang Hidup


Waktu masih kecil, ibuku sering kali mengisahkan cerita ‘Lembah yang Hilang’, terutama jika aku bandel. Konon lembah itu adalah tempat yang bernyawa dan sudah ada sejak jaman dulu kala. Ia bergerak, berpindah tempat, dan makan layaknya makhluk hidup. Makanan utamanya itu makhluk hidup yang jiwanya sudah rusak, tersesat, dan mati. Setiap sudut bagian dan aksesoris lembah itu adalah makhluk hidup yang terperangkap dan mati. Semakin banyak jiwa yang tertangkap semakin besar dan luas lembah itu. Tak pernah diketahui ada nggak orang yang bisa selamat jika sudah terjerat di lembah itu. Sayangnya karena bentuk lembah itu sering berubah-berubah dan berpindah tempat sampai sekarang tidak diketahui letak aslinya sehingga banyak yang jadi korban. Hiiiiii, aku menggigil jika teringat cerita itu.

Karena sudah lama banget tak mendengar kabar itu, jadi ku pikir itu hanyalah mitos sampai aku mendengarnya dari cerita temanku si T yang tinggal di kota P, masih di Indonesia yang nyaris jadi korban. Dengerin dulu kisahnya.

Hi. Perkenalkan namaku Toni. Peristiwa ini ku alami waktu masih duduk di bangku SMU. Waktu itu aku lagi kumpul bareng teman-teman Gengku. Singkat cerita salah satu teman kami sebut saja namanya Yono lagi ultah. Kami berniat memberinya hadiah kejutan. Kami tahu kalau dia lagi jomblo, makanya kami berusaha nyariin temen cewek buat dia. Awalnya kami minta si Mita, satu-satunya cewek di Geng kami, untuk ngenalin temen-temen ceweknya. Tapi doski menolak karena tahu kelakuan norak bin mesum si Yono. Ya, udah kepalang tanggung, nggak ada rotan akar pun jadi. Kami mendadani si Dedi, yang kalah suit untuk nyamar jadi cewek. Sebenarnya karena iseng juga, sih mau ngerjain si Yono.

Habis itu kami ngundang di Yono di sebuah kafe untuk merayakan ultahnya trus pura-pura ngenalin si Dedi yang nyamar ama si Yono. Tapi dasar cowok muka mesum, ia langsung menggelandang Dedi pergi entah kemana gitu begitu dikenalin. Karena khawatir kami ikutin mereka dengan naik sepeda motor. Eh, nggak tahunya di tengah jalan, kami dapetin si Yono sendiri, lah mana si Dedi.
“Lho, Yon kok sendiri aja? Mana ceweknya?” tegurku
“Dah pergi, tahu deh kemana?” sahutnya sebal sambil minum coca cola zero, minuman kesukaannya di pinggir jalan.
“Kenapa cewek cakep gitu kamu biarin berlalu aja? Nggak rugi, tuh?”
“Cakep apanya? Cewek abal-abal gitu. Kamu pikir aku nggak tahu apa. Itu si Dedi yang lagi nyamar, kan? Sialan, kalian. Jahat banget sih, ngerjain temen sendiri di hari ultahnya lagi. Kira-kira, dong kalo mo bercanda. Aku kan bisa sakit hati. Mentang-mentang cuma aku yang masih ngejomblo di Geng kita, tega kalian.” Cerocosnya dongkol benget bikin kita-kita jadi nggak enak hati juga.
“Dedi pergi ke arah mana? Yuk, kita susul!” ajak Mita yang nggak langsung diiyakan kita semua. Kita males nyariin Dedi yang pergi entah ke mana, mending balik lagi ke kafe makan-makan sambil nikmatin lagu. Tadi kan kita baru dateng belum sempat makan.
“ Oh jadi begitu, ya. Dasar kalian nggak setia kawan. Aku muak dengan kelakuan kalian semua.” Rutuk Mita.
“Biasa ajalah, Mit. Dedi kan dah gede, dah bisa jaga diri sendiri.” Ujarku.
“Dasar bego, kalian nggak ingat apa? Akhir-akhir ini kan lagi ramai-ramainya sweeping para banci. Kalau Dedi ketangkep gimana, hayo? Siapa yang mau tanggung jawab? Kita ....”

Tanpa menunggu selesainya ceramah panjang Mita, kami semua langsung tancap gas menyusuri jalan, mencari keberadaan Dedi. Moga-moga tu anak nggak ketemu polisi. Moga-moga aja tu anak langsung pulang ke rumah, nggak mampir-mampir dulu. Ah sial, baru jalan sebentar kami lihat di perempatan jalan, si Dedi mau dinaikin mobil polisi. Celaka dua belas. Gimana nih? Dedi terlihat adu mulut sebelum dinaikin mobil. Si Mita, langsung lari kencang hingga nyaris ditabrak kendaraan bermotor yang melintas dan menghampiri Pak Polisi. Ia lalu menjelaskan mengapa Dedi pakai baju cewek gitu.

Ia bilang Dedi lagi main film indie yang rencananya mau ditampilin dalam lomba film indie, bertutur tentang kehidupan para waria. Untuk meyakinkan pak Polisi, Mita ngasih rekaman video di handycamenya. Untung saat itu kami sempat ngesut Dedi, sebelum ke kafe, dan untungnya lagi Pak Polisi percaya, jadi Dedi bisa bebas.

Habis itu Dedi ganti baju. Kami nggak jadi ke kafe, tapi beli makan di warung pinggir jalan lalu duduk-duduk di rerumputan sambil dengerin lagu di Tape recorder yang sengaja kami bawa. Eh, nggak dinyana ada cewek cakep banget, lebih cakep dari si Mita, ikutan gabung. Kami langsung lupa pada makanan dan ngerubungi tu cewek sambil ketawa ketiwi gitu deh. Dan dipojok sana si Mita ngedumel karena ditinggalin begitu aja. Sebagai pelampiasan, ia makan semua jatah makan kami, eh salah, minuman plus camilan kami semua.

Baru juga lagi asyik-asyiknya ngobrol, eh si cewek itu sebut namanya Indi tampak ketakutan. Ia meminta salah satu dari kami ngaterin dia gitu deh. Kami rebutan dan menentukan hasilnya dengan suit. Yang menang si Yono, jadi ia yang berhak nganterin cewek cakep itu.

Sesaat setelah Yono pergi, ada ibu-ibu yang nanyain seorang gadis dan ciri-cirinya mirip si Indi. Ia bilang anaknya sudah lama nggak pulang hampir sebulan. Kerjaannya dugem, mabuk-mabukan dan nyuri uang ortu. Kami yang merasa nggak enak, nganterin ibu itu nyariin anaknya itu. Di tengah jalan kami lihat si Yono yang motornya ngadat.
“Yon, mana si Indi?”
“ Itu ke arah sana.”. Ia menunjuk sebuah lembah yang dibiarkan terlantar dan ditumbuhi rumput liar. Kami sebenarnya males ke sana, karena selain terlantar, jarang dirambah, jalannya juga becek dan berlumpur, sepertinya rawa-rawa gitu deh. Tiba-tiba terdengar suara Indi teriak dari arah lembah.

Kami segera berlari ke sana. Kami lihat Indi terbelit lumpur berwarna kuning keemasan seperti cairan permen warna-warni yang meleleh. Rumput-rumput liar berubah jadi cairan lengket. Kami tertegun menyaksikan peristiwa ganjil itu. Ingin menolong, tapi tak berani mendekat. Cairannya panas banget, Bro dan bergolak. Ku pikir seperti inilah neraka nanti. Kami nggak yakin si Indi bisa selamat dari sana.

“Ibu, toloooooong…. Tolongin Indi, Bu.” Ia teriak meminta pertolongan. Sebenarnya kami iba, tapi karena takut mendekati rawa yang penuh cairan lengket dan panas, jadi kami tidak bergerak. Kami diam di tempat seperti patung. “Bu….., Maafin semua kesalahan Indi. Indi sudah bikin ibu susah selama ini. Indi janji, Indi nggak akan ngulang lagi.” Teriaknya menyayat hati putus asa, saat cairan itu sudah menenggelamkan hampir separo badannya. Ia yakin ia akan tewas saat itu juga, makanya itu ia meminta maaf pada ortunya.

Tak tega melihat anaknya celaka, Ibu Indi yang sudah sepuh terjun ke lembah yang telah berubah menjadi cairan lengket berwarna kuning keemasan semuanya. Ia berusaha meraih tangan putri satu-satunya itu. Seperti tersadarkan, kami membantu mereka berdua, menarik tubuh ibu Indi hingga akhirnya tubuh Indi terangkat dari lumpur hidup itu. Kami menarik tubuh mereka ke tepian. Indi menangis sesenggukan di dada ibunya kayak anak kecil. Ia tak malu dilihat kami. Yah, namanya juga orang yang baru selamat dari bencana, wajar aja kalo agak-agak melo. Mungkin kami pun akan melakukan hal yang serupa.

“Eh, lihat lumpurnya hilang. Sebetulnya tadi itu apa?” tegur Mita sambil menunjuk kubangan cairan panas kuning keemasan berubah menjadi kebun terlantar lagi dan benar cairan kuning keemasan lengket dan panas itu menghilang bak di telan bumi, seakan-akan tak pernah ada. Hanya cairan yang masih melekat pada tubuh kamilah yang jadi bukti peristiwa ini nyata bukan mimpi.

“Itu namanya lembah yang hilang. Konon lembah itu makan jiwa makhluk hidup yang sakit, tersesat dan rusak. Anak yang durhaka pada orang tua jelas jadi makanan lezat untuknya.” Ujar ibu Indi.

Ini jadi pelajaran bagi kami, agar tidak durhaka pada orang tua khususnya ibu. Bisa saja kejadian serupa menimpa kami dan sungguh suatu keberuntungan belaka si Indi bisa selamat. Mungkin karena ibunya memaafkan semua kesalahan2nya dan juga beliau sendiri yang nyelamatin. Belum tentu ortu kami mau. Sepertinya mereka sudah angkat tangan dengan segala kebadungan kami.

Ah, kami jadi teringat pada emak kami yang di rumah yang senantiasa sabar mendidik dan menyediakan keperluan kami, meski kami jarang membantu meringankan beban pekerjaannya. Setelah ini kami berjanji lebih berbakti pada ortu.

Pertanyaannya peristiwa ini Nyata atau Rekaan?

Sang Pengembara Abadi


Kamu suka hobi menjelajah alam nggak? Perjalanan ( jalan kaki, lho ya. Nggak pake kendaraan model apapun. Hanya tas ransel bersisi perbekalan, senter, kompas, peta dan tongkat yang jadi senjata andalan.). Biasanya untuk orang yang hobi menjelajah alam khususnya daerah-daerah terpencil yang jarang dirambah oleh manusia, ia sering menemui cerita-cerita aneh yang ada hubungannya dengan alam gaib. Cerita ini dialami oleh temenku A yang tinggal di kota B dan hobi banget menjelajah alam. Ini kisahnya, selamat menikmati.
Hari ini aku apes banget. Biasanya aku bisa dengan mudah menemukan temen2 seperjalanan menjelajah alam, tapi tumben2 an kali ini nggak ada satu pun yang mau ku ajak. Mereka menolak dengan alasan macam-macam. Padahal aku lagi semangat-semangatnya ingin berjalan-jalan di alam terbuka, jadi ya aku nekat berangkat seorang diri.
Sudah seharian ini aku berkeliling hutan, tapi entah kenapa belum juga menemukan jalan keluar. Aku seperti berputar-putar di tempat yang sama sejak tadi. Peta yang ku jadikan pegangan sepertinya sama sekali tidak up to date. Kondisi di lapangan jauh beda dengan yang digambarkan di peta. Di peta, hutan ini tidak begitu luas, dijelajahi sehari saja sudah bisa keluar hutan. Di peta juga terlukis jalan setapak yang biasa dilewati para pencari kayu bakar, tapi seharian ini berjalan aku tak juga ketemu jalan setapak apalagi pinggiran hutan. Justru aku merasa hutan ini seperti hutan perawan yang jarang dirambah orang. Banyak pohon langka yang jarang ku jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aku sempat memotretnya dan mengambil beberapa helai daun untuk menambah koleksi daunku di album daun yang ku buat 2 tahun yang lalu. Sinar matahari yang biasanya mampu menerobos hutan buatan ini juga tak nampak, tertutup rimbunnya dedaunan dan batang yang menjulang tinggi besar, seperti ingin menggapai langit.
Aduh, capek banget, kakiku pegal semua, mana bentar lagi malam tiba, bisa berabe nanti urusannya. Tetua pinisepuh yang dituakan dan dihormati di desa pinggiran hutan telah memperingatkan aku agar segera keluar dari hutan ini sebelum malam menjelang, berbahaya katanya. Hanya sayangnya ia tak mengatakan apa bahayanya. Tapi bukan itu, sih yang aku khawatirin. Aku cemas karena perbekalanku sudah menipis. Air yang ku bawa tinggal beberapa tetes dan sampai detik ini aku belum menemukan sumber mata air. Tenggorokanku kering banget, tapi aku nggak berani minum sebelum mendekati sumber air, takut kehabisan kecuali kalo dah nggak kuat lagi menahan haus.
“Ah, sepertinya aku mendengar suara kecipak air.” Seruku girang campur lega. Aku bergegas mencari sumber suara dan betul dugaanku. Lima menit kemudian aku sampai di danau di tempat terbuka yang airnya jernih banget. Aku menciduk air di pinggiran sungai, dekat akar-akar pohon dengan kedua tanganku untuk menghilangkan dahaga. Setelah itu baru aku mengisi botol air yang isinya bentar lagi habis dan mengaso sebentar di bawah pohon rindang tak jauh dari danau, melepas penat.
“Sebaiknya aku wudhu sekarang, mumpung masih ada waktu sholat Ashar sekalian buat Maghrib, ntar kalo dah gelap susah wudhunya.” Ku paksakan kakiku yang masih pegel semua, mendekati danau kembali. Aku mengambil air wudhu dan menggelar kain di dataran yang agak rata dan mulai khusyuk menghadap pada Sang Pencipta. Selesai salam, aku mendengar suara langkah kaki mendekati danau. Ada beberapa orang ternyata yang juga tersesat, sama halnya denganku.
“Wah, untung kita menemukan sumber air, air kita sudah hampir habis, nih?” terdengar suara merdu dari seorang cewek manis nan mungil dari balik rombongan yang baru datang dan terdiri dari 7 orang itu. Sepertinya ia satu-satunya cewek dalam rombongan itu. Manis juga orangnya, agak-agak mirip dengan Dee, temen seSMAku yang sering ku godain. Aku senang menggodanya karena lucu dan menggemaskan terutama reaksinya yang sangar tiap ku goda. Makin kesal dia, makin senang aku. Meski senang godain, sebenarnya aku sayang ama dia. Ia sudah ku anggap seperti adikku sendiri.
“Hai, boleh kenalan? Aku Andre dari SMU 2. Kalian rombongan dari mana?” ujarku sambil mengulurkan tangan. Karena tidak ada sambutan aku melanjutkan penjelasanku. “Aku menjelajah hutan ini seorang diri karena teman-temanku nggak ada yang mau ku ajak. Mereka lagi sibuk mempersiapkan diri ikutan acara perkemahan Akbar seProvinsi Jateng yang diadakan Perhutani. Aku sudah menjelajah hutan ini seharian, tapi tak juga menemukan jalan keluar. Mungkin kita bisa jadi partner seperjalanan?”
“Aku Iksan, ketua rombongan. Anak yang tinggi itu Siswanto, yang gendut Anang, sebelah kanannya namanya Ali. Trus anak yang rambutnya keriting Dolis dan di sebelahnya Lasminto. Ini Ika, satu-satunya cewek di tim kami. Selamat bergabung, Bung.” Ujarnya ramah. Aku sambut uluran tangan tanda persahabatan darinya.
Setelah berramah tamah, kami melanjutkan perjalanan. Aku mengikuti peta yang dibawa Iksan karena lebih bisa dipercaya. Menurut peta jalan keluar hutan ini sudah dekat, yakni harus menyeberangi danau itu, kami tak tahu namanya cos di peta tidak ditunjukkan namanya. Kami keliling mencari rakit or sampan, kali aja ada orang yang pernah buat, meski aku nggak yakin, sih. Di hutan gini mana ada rakit, apalagi sampan. Eh nggak tahunya dugaanku salah. Mungkin dulu ada yang suka mengelilingi danau dengan jukung, jadi repot2 bikin. Tapi aku tetap merasa ada yang aneh, tapi aku tak ingat. Ah, sudah lupakan. Masih untung ada jukung yang bisa membawa kami keluar dari hutan Sialan ini. Ups, Sory, aku mengumpat. Otakku mungkin agak ngehank gara-gara terlalu lama dalam hutan tanpa asupan nutrisi yang cukup.
Dolis menemukan dua jukung yang masih layak pakai, tapi hanya bisa memuat 6 orang jadi ada 2 orang yang tidak kebagian. Aku mencoba mencari jalan karena nggak ingin ada pertengkaran. Aku yakin kalau dibiarkan sebentar lagi pasti mereka akan bertengkar, ribut soal siapa yang akan ditinggal dan aku nggak yakin ada yang mau ngalah. Lebih gawat lagi kalo mereka bertekad saling bunuh hanya demi mendapat kesempatan selamat. terkadang dalam keadaan seperti ini, orang jadi tidak berperikemanusiaan dan tak perduli dengan orang lain, yang penting dia selamat. Orang pertama yang ditinggal pasti aku karena aku kenalan baru, masalahnya siapa yang kedua itu. Ku lihat ada beberapa batang kayu yang lumayan besar dan kuat, bisa dijadikan rakit di sekitar pinggiran danau.
“Kita buat rakit aja dari batang-batang pohon yang berserakan. Kalian bawa tali, kan?” ujarku yang disambut anggukan kepala mereka. “Kok, lemes, kalian belum makan?” lanjutku saat tak ada yang bergerak mengumpulkan batang kayu dan lagi-lagi mereka menganggukkan kepala.
Deuh, trenyuh rasa batin ini. Ku bagikan rotiku dan indomie 2 bungkus untuk mereka untuk mengganjal perut mereka sementara waktu sebelum keluar dari hutan ini. Tak apa aku nggak makan, toh tadi aku masih kuat menahan lapar, nggak kayak mereka yang kelihatan pucat pasi. Aku malah khawatir mereka pingsan di sini, lalu mati kelaparan. Hiiii, syerem. Mereka lahap makan bekalku sedangkan aku bersama Dolis yang pendiam, tapi ringan tangan membuat rakit dan dayung darurat. Ia yang paling cepat makan, jadi bisa segera membantuku.
“Kita mesti cepat-cepat pergi, nih. Keburu malam. Tetua di desa pinggiran hutan berpesan agar aku segera kembali sebelum malam. Bahaya, katanya. Siapa tahu ada hewan buas atau ular berbisa.” Ujarku begitu selesai membuat rakit.
Aku dan Dolis naik rakit, sementara Ika, Anang dan Iksan di jukung sebelah kiriku sedangkan Ali, Siswanto dan Lasiman di jukung sebelah kanan. Orang-orangnya terdiri dari campuran orang yang tak bisa berenang di tengah, yang lumayan bisa berenang dan yang jago berenang mengapit, di ujung jukung. Kami sengaja mengapit rakit, jaga-jaga kalau sewaktu-waktu rakitnya rusak atau talinya lepas jadi bisa segera diatasi. Aku juga mengikat botol-botol aqua di tubuh Dolis yang tak bisa berenang sebagai pelampung darurat sedangkan aku tak memerlukannya karena sudah jago berenang. Secara aku dulu dibesarkan di daerah pantai jadi biasa berenang di laut.
Awal perjalanan kami menyeberangi danau tak begitu ada masalah. Semua lancar-lancar saja. Tiba-tiba ku lihat langit gelap. Aku khawatir turun hujan deras disertai angin kencang, membuat air danau bergolak seperti di lautan. Aku segera mengambil tali di tasku yang belum ku pakai, mengikat badanku dengan Dolis. Tali sisanya ku bagikan pada penghuni jukung lainnya.
“Cepat kalian ikat talinya, aku khawatir ada badai. Tali ini untuk menjaga agar kalian tidak terpisah, satu dengan yang lainnya jadi bisa saling membantu. Cepetan sebelum badai datang.” ujarku agak kesal karena mereka lamban mengikuti intruksiku.
Hujan deras tercurah dari langit bak air bah disertai angin menderu-deru kencang membuat danau bergolak, bergelombang bak di lautan lepas. Kami berusaha mendayung sekeras mungkin mencoba mencari tepi danau. Bisa berbahaya kalau kami tetap di danau, ancaman tenggelam sudah pasti. Sialnya lagi di saat-saat dibutuhkan begini senterku mati, jadi praktis kami tak bisa melihat apa-apa, hanya kegelapan yang menyelimuti kami. Celaka dua belas.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak Ika ketakutan saat jukung oleng yang juga diikuti jukung lainnya. Mereka panik karena tiba-tiba terjun ke dalam air yang bergolak seperti pusaran air sehingga lupa ada yang bisa berenang. Salah satu dari mereka berusaha membalikkan jukung, tapi tak kuasa karena tak didukung yang lainnya. Anak yang tak bisa berenang, sudah megap, nyaris tenggelam. Lebih parahnya lagi ada orang yang mencoba naik rakit kecil kami. Kalau begini keadaannya kami bisa tenggelam semua.
“Hentikan, jangan naik rakit ini, nanti kita bisa tenggelam semua. Jukungnya tak usah dibalik, nanti saja. Bantu anak yang tak bisa berenang, jangan sampai tenggelam di dalam air, nah gitu bagus.” Ujarku memberi intruksi. “Kalian pegang jukung yang terbalik itu erat-erat lalu gerakkan kaki kalian dan dorong maju. Jangan panik, kalian terikat satu sama lain. Aku dan Dolis sudah memegang ujung tali kalian, tak akan kami lepas, jadi jangan takut. Kalian focus saja, pegangan pada jukung masing-masing.” Lanjutku setelah mereka tenang dan anak yang tak bisa berenang itu terangkat di permukaan air.
Aku berdo’a dalam hati, memohon pertolongan-Nya. Kalaupun seandainya aku tak bisa selamat, minimal aku bisa mati dengan damai karena pembaringanku yang terakhir di tempat favoritku, yakni hutan. I love u Hutan forever. Aku hanya berharap mereka atau salah satu dari kami bisa selamat agar bisa memberi tahukan kondisi kami pada keluarga kami. Teringat wajah kedua orang tuaku khususnya ibu, yang sejak awal melarang aku pergi, tapi aku nekat, di pelupuk mata. Aku ingin sekali bertemu dengan beliau, mencium telapak kakinya, memohon ampunannya atas segala kebandelanku.
Seperti diijabahi, di langit terdengar suara petir menyambar menerangi danau beberapa saat. Ku lihat tepi danau terdekat dari kami. Aku mengikat ujung tali mereka di rakit. Aku bersama Dolis, mendayung sekuat tenaga dibantu gerak kaki yang lainnya ke tepian. Kami berpacu dengan angin dan dinginnya guyuran air hujan. Tak kami hiraukan rasa ngilu di tubuh kami. Jika kami menyerah saat ini, kami pasti tewas semua. Asa ingin hidup menyuntikaan energy tak terbatas, membuat kami mampu mengalahkan segala rintangan.
Selama hampir 4-5 jam, aku tak begitu tahu karena nggak lihat jam dan bagiku seolah bertahun-tahun, tapi normalnya sekitar itulah kami berjuang keras mendayung, bertarung melawan hujan dan angin, akhirnya usaha kami membuahkan hasil. Kami sampai di tepian. Kami memeras baju kami yang basah kuyub. Dengan langkah gontai kami berjalan, menembus hutan, mencari tempat yang agak datar dan terbuka untuk tempat mendirikan tenda (Aku sih bawa tenda yang hanya bisa dihuni maksimal 2 orang. Aku berharap mereka juga.), syukur-syukur ketemu jalan keluar. Kami paksakan berjalan, meski dingin dan kantuk menyerang. Terlalu riskan tidur di sini. Mungkin kami bisa selamat di danau, tapi hewan melata dan hewan buas yang berkeliaran di malam hari yang mengintai di balik pohon???? Kami nggak yakin bisa selamat.
Aku berjalan paling depan, karena lebih hafal jalan. Entah bagaimana aku mulai bisa mengenali hutan ini kembali. Aku bahkan menemukan jalan setapak yang biasa dilewati para perambah hutan. Hatiku girang tak terkira. Belum pernah aku merasa sesenang ini seumur hidup mengabdikan diri pada alam. Aku yakin kami semua bisa selamat. Mungkin kami bisa minta bantuan penduduk setempat.
Saat menjelang fajar, hujan sudah berhenti turun. Dalam hati agak heran, kok di musim kemarau gini ada hujan badai ya. Dan rasanya tadi itu bukan seperti danau tapi beneran di laut lepas, pake ada acara gelombang pasangnya segala, cuma minus air asin aja. Samar-samar aku mulai mencium bau udara pagi nan sejuk, dan alunan suara azan Shubuh. Jadi perumahan penduduk sudah dekat.
Tapi aku heran sekali kok pas aku balikin badan, tak ada satupun orang yang ada di belakangku. Apa jalanku terlalu cepat, sehingga mereka tertinggal? Perasaan tadi ada suara gemerisik langkah kaki mengikutiku. Entah sejak kapan suara itu menghilang, kok aku tak menyadarinya sama sekali. Sebaiknya aku tunggu mereka beberapa menit baru nanti aku turun ke kampong minta bantuan. Bahaya kalo nekat masuk sendiri, nanti kesasar lagi kayak tadi.
Hampir sejam lebih aku menunggu mereka. Sampai sang surya pagi keluar dari peraduannya aku masih menunggu, tapi batang hidung mereka tak jua muncul. Aku nyaris ketiduran, sehabis sholat shubuh, sembari menunggu mereka. Akhirnya dengan berat hati ku putuskan turun ke kampong. Aku tinggalkan tasku berisi tenda, dan kotak P3K untuk mereka, di ujung jalan setapak agar mudah dicari. Aku juga membuat tanda berupa ikatan slayer di ranting pohon. Siapa tahu mereka sudah tiba setelah aku turun ke kampong. Mereka bisa menggunakan perbekalanku, kalo aku gampanglah, aku bisa mengatasinya.
Sesampainya di kampong, aku mencegat langkah kaki bapak-bapak yang mau ke sawah. “maaf mengganggu sebentar. Bisa saya minta waktunya sebentar saja. Namaku Andre. Aku dan rombonganku tersesat di hutan itu.” Ujarku seraya menunjuk hutan jati yang berdiri rapat di ujung sana. “Dari 8 orang hanya aku yang selamat, beberapa temenku sepertinya masih tertinggal di dalam hutan. Bisa tolong bantu saya mencari. Tolonglah, Pak. Kami butuh banget bantuan bapak-bapak….”lanjutku menghiba, memelas, mengetuk hati nurani bapak-bapak itu.
Mereka saling pandang, bingung. Setelah berdiskusi dengan beberapa orang setempat yang juga sama-sama mau ke sawah. Kami memutuskan berrembuk dulu dengan aparat desa. Mereka memberiku sarapan karena kelihatannya aku kelaparan. Sekitar jam 7, dan matahari sudah terang-benderang, baru kami sepakat mencari rombonganku yang hilang. Sampai di tepi hutan ranselku masih ada di tempat semula, tak bergeser seincipun, ini berarti mereka masih belum keluar dari hutan. Rasa was-was mencekengkram ulu hati. Kalau terjadi sesuatu dengan mereka…., ah tidak aku tak berani membayang hal-hal buruk menimpa mereka. Aku menolak memikirkannya.
Aku berusaha mengambil slayer di ranting pohon. Pas ku periksa ternyata ada tulisan warna merah darah yang sudah mengering. “Terima kasih. Kau telah membantu kami menemukan jalan keluar. Kami senang bisa mengakhiri perjalanan panjang menjelajah hutan selama berpuluh-puluh tahun yang selalu berakhir tragis. Kami saling menikam untuk menyelamatkan diri sendiri, seperti orang-orang pendahulumu. Hanya kamu yang berhasil sempai tujuan. SELAMATTTTTTTT. TTD Dari partner perjalananmu.”
‘Deg’, jantungku seperti berhenti berdetak. Jika mereka sudah puluhan tahun berada di hutan, seharusnya usia mereka saat ini sudah sepuh atau sudah meninggal bukannya berpenampilan anak muda. Jadi semalam aku menjelajah hutan bersama…….. Aku tak ingat lagi kejadian sesudahnya karena pandangan mataku buram sebelum jatuh ke tanah.
Saat sadar, aku sudah ada di bale-bale di sebuah rumah dikerumuni beberapa penduduk desa yang penasaran. Dari merekalah akhirnya aku tahu sosok asli kawan seperjalananku itu. Mereka adalah para penghuni danau kematian yang jadi korban danau kematian.
Danau ini diberi nama danau kematian karena sering menyanyikan kidung kematian untuk menjerat korban. Danau ini sebenarnya sudah hilang keberadaannya ratusan tahun yang lalu dari peta, tapi sering muncul saat malam menjelang, mengecoh dan menyesatkan para penjelajah hutan sehingga korban banyak berjatuhan. Danau ini sering nampak di areal alas roban yang membujur sepanjang pesisir utara dari Jateng hingga Jatim. Berkat menipisnya alas robanlah, jumlah korban semakin berkurang.
Para korban danau kematian terus bergentayangan saat malam menjelang karena mengira dirinya masih hidup untuk menyelesaikan akhir pengembaraan. Orang yang berangkat menembus hutan dan tak kembali lagi sebelum malam, tak pernah ditemukan dalam keadaan hidup. Bahkan jasadnya pun tidak. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Karena itu suatu berkah jika ia bisa selamat.
Sejak kejadian itu aku tak pernah absen meninggalkan ibadah sholat dan selalu memohon restu ortu agar tidak terjadi apa-apa saat menjelajah alam. Oh,ya foto dan daun yang ku koleksi dari hutan itu mendadak hilang. Aku sih agak merasa menyesal karena aku ingin memiliki koleksi daun tanaman langka itu. Tapi syukur penduduk desa ternyata ada yang memiliki tanaman langka itu jadi bisa aku abadikan, bahkan aku tanam di pekarangan rumah sebagai pelajaran di kemudian hari.

Pertanyaannya Apakah Kisah ini Real atau Rekaan?

Sang Pencerah< FILM Religi yang dinanti kaum bersarung


Buat orang-orang Muhammadiyah, nama KH Ahmad Dahlan tentu sudah tak asing lagi di telinga mereka. Beliau tokoh pendiri Muhammadiyah yang banyak memberikan inspirasi, dan mengembangkan Muhammadiyah hingga ormas ini tumbuh pesat seperti sekarang. Ide-idenya banyak memberikan pencerahan pada yang lainnya. Cita-citanya yang luhur yakni untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Berkat keteguhannya yang tak lelah berjuang, kaum Muslimin dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik lagi.
Aku bukanlah seorang pengikut Muhammadyah, tetapi seorang Muslim yang tumbuh di lingkungan NU kental. Tapi aku sangat mengagumi sosok beliau. Sosoknya yang berjuang tanpa lelah, meski diancam dibunuh, dihujat dan dikucilkan tapi tak pernah gentar membela kebenaran yang diyakininya. Sosok inilah yang seharusnya kita tiru dan teladani dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan lahir sosok-sosok seperti beliau memimpin negeri ini.
Sayangnya masyarakat sekarang hanya menjadikan tokoh-tokoh pahlawan hanya sebagai sesuatu yang dihafal untuk menjawab soal kala tes atau ulangan nanti. Mereka tak merenungkan kenapa mereka di sebut pahlawan? Apa yang bisa diteladani dari tokoh ini? Mereka justru asyik mencontoh artis-artis yang tak bisa dipertanggung jawabkan moral dan etikanya hanya karena ia popular. Istilahnya kalau si artis masuk neraka mereka anut aja. Bodoh sekali generasi muda sekarang, generasi pembebek.
Inilah penyakit akut bangsa ini, bangsa yang tak mau belajar pada sejarah. Sejarah akar budaya mereka dilupakan sehingga tak pernah menjadi bangsa yang besar apalagi maju. Bangsa yang mau enaknya, plagiat hasil karya orang lain yang belum tentu cocok dengan kulturnya.
Karena itu saya menyambut dengan suka cita FILM Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo yang mengangkat tokoh pendiri Muhammadiyah ini. Semoga dengan diangkat ke layar lebar, masyarakat bisa tergambar sosoknya dan meneladaninya. Amiiiiin.
Ditunggu ya Mas, filmnya. Semoga cepat rampung dan kita bisa segera menyaksikannya.